Wednesday, December 21, 2011

Yakin dengan Metodenya


Aspek Keyakinan ketiga adalah keyakinan pada metode. Metode merupakan cara yang ditempuh untuk meraih kesuksesan, sehingga dengan keyakinan pada metode yang dipakainya. Dengan mengamati para seseorang dengan sebuah cerita, “Bila Anda berada di tengah-tengah sekawanan perampok, hal yang paling bisa dilakukan adalah menjadi: perampok.” Anda tidak punya pilihan, karena jika Anda terperangkap dalam kehidupan mereka dan Anda menentangnya, barangkali akan serta merta dibunuh. Tetapi, jika Anda bergabung dengan mereka, Anda bisa selamat. Jadi, begitu Anda telah menerima metode, Anda harus percaya padanya serta memanfaatkan secara terus-menerus dan terfokus. Yang terpenting metode ini tidak bertentangan dengan aqidah agama atau bertentangan dengan aturan sosial bermasyarakat.
Walaupun mungkin Anda belum juga mendapatkan manfaat apapun, Anda tetap harus punya keyakinan pada awalnya ini tidaklah mudah. Setelah menggunakan metode yang diberikan seorang guru kepada mereka, sebagian orang sering menginginkan suatu metode baru yang berbeda, yang diharapkan lebih baik. “Sesungguhnya, setiap metode adalah metode terbaik”. Tidak ada metode yang khususnya bagus bagi orang tertentu, dan tidak ada metode yang khususnya tak berguna bagi seseorang. Metode-metode dasar sangat cocok bagi kebanyakan orang. Setelah memanfaatkan energi beberapa lama barulah Anda berpikir untuk berganti metode. Hal yang terpenting adalah memiliki kesabaran selama Anda mencurahkan waktu dan upaya tulus-metode. Energi manapun yang dipakai akan mendatangkan hasil yang maksimal. Apabila tidak tekun, bagaimana Anda tahu apakah metode tersebut efektif atau tidak?  Kala pemanfaatan belum sungguh-sungguh, bagaimana Anda bisa tahu apakah metode tersebut cocok. Dalam memanfaatkan energi, aturannya adalah berteguh pada metode yang diberikan guru Anda.
Mereka bisa belajar sekelumit metode dari seorang guru, memungut lagi beberapa dari buku atau teman, dan menggunakannya bergiliran satu demi satu. Setiap teknik baru nampaknya bekerja sangat baik, tetapi setelah beberapa lama pikiran mulai terpancar-jadi mereka mencari sebuah teknik lain lagi. Orang semacam ini seperti cerita; seorang petani yang kuatir tanaman padinya tumbuh kurang cepat, lalu ia berkeliling menariki tunas-tunasnya untuk membantu mereka tumbuh. Tentu saja ia hanya berhasil dalam mencabutinya, dan hari berikutnya ketika ia memeriksa lagi, semua tanamannya mati.
Jangan menjadi seorang petani yang gelisah, seorang pengusaha yang cemas, takut gagal, bersabarlah. Kalau sabar, Anda pasti akan mendapat hasil. Setelah mendapat sedikit manfaat saja, Anda akan merasa sangat rileks seta amat bahagia dalam pikiran dan tubuh, memotifasi Anda untuk memanfaatkan dengan sangat sungguh-sungguh dan mantap.
Misalnya jika dalam memasuki ruang penyembuhan penyakit baik itu di rumah sakit, di PUSKESMAS, ataupun ditempat pengobatan alternatif jika tidak yakin bahwa Anda akan disembuhkan. Anda tidak akan mungkin menemukan daya Penyembuhan energi jika tidak yakin bahwa enenrgi dalam tubuh Anda secara spiritual memiliki makna yang tak terbatas dan kemampuannya dapat melampaui realitas material. Anda harus yakin dan kesadaran Anda harus dapat mengarahkan keyakinan Anda bahwa tidak ada sakit yang tidak bisa disembuhkan. Manusia sebagai individualitas dari Jiwa Agung-Allah Swt adalah tercipta dalam kesehatan, dalam kebahagiaan dan dalam kedamaian.
Akan tetapi, sebuah metode yang dijadikan sebagai ilmu dalam meraih kesuksesan itu tidak cukup. Oleh karena itu, perlu dibantu dengan memanjatkan do’a dan dzikir pada Allah Swt, karena segala sesuatu yang kita kerjakan itu adalah hanyalah Allah yang mengabulkan itu semua.

a.      Do’a
                                            i.      Pengertian do’a
Secara umum do’a merupakan ucapan permohonan dan pujian kepada Allah Swt dengan cara-cara tertentu.
Do’a disebutkan dalam Alquran dengan beberapa pengertian. Yakni do’a berarti:
1)      Permintaan
Firman Allah Swt.:
“Dan Tuhammu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyobongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mu’min (40): 60)
2)      Permohonan
Firman Allah Swt.:
“Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tak ada orang yang akan memberinya petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.” (QS. Al-A’raf (7): 55)
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku  adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah (2): 186)
3)      Panggilan
Fiman Allah Swt.:
“Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebenrat saja.” (QS. Al-Israa’ (17): 52)
4)      Pujian
Firman Allah Swt.:
“Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak mempunyai penolong (untuk menjaga-Nya) dari kehinaan dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS. Al-Israa’ (17): 111)
Di samping itu do’a merupakan suatu ibadah yang tidak menurut syarat dan rukun yang ketat dan dapat dilakukan di mana dan kapan saja. Sehingga Islam menganjurkan (yang tertera dalam firman-Nya maupun hadist Nabi Saw) pada setiap umat muslim agar selalu memanjatkan do’a. Sebagaimana firman Allah Swt.:
“Tuhanmu berfirman, berdo’alah kamu kepada-Ku, niscaya akan aku kabulkan do’amu itu.” (QS. al-Mu’min ayat 60)
“Tuhan adlah hidup, tiada Tuhan selain Dia, maka berdo’alh kepada-Nya dengan tulus ikhlas.” (QS. al-Mu’min ayat 65)
“Allah mempunyai nama-nama yang amat bagus, mak berdo’alh kamu kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu.” (QS. al-A’raf ayat 180)
Rasulullah Saw bersabda:
“Maka wajib atas kmu berdo’a.” (HR.  at-Tarmidzi)
“Maka wajib atas kamu beribadah kepada Allah SWT denga berdo’a.” (HR. Hakim)
Berdo’a adalah ibadah, bahkan merupakan intisari dari ibadah. Hal ini dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan Ahmad bin Hambal (Imam Hambali) dan Bukhari yang arinya, “Nabi Muhammad Saw bersabda, “Do’a adalah ibadah”. Sedangkan dalam hadist yang diriwayatkan Buhkari dan at-Tarmidzi, Rasulullah bersabda, yang artinya, “Do’a adalah otak ibadah.”

                                          ii.      Adab berdo’a
Berdo’a bisa dilakukan setelah shalat wajib lima waktu, sesudah shalat selain shalat selain shalat wajib, dan pada situasi-situasi tertentu. Tetntu saja ada tata cara yang harus diikuti dalam berdo’a.
Sebelum berdo’a, hendaklah didahului dengan taubat. Memilih waktu yang baik, tempat atau keadaan yang mulia dan menghadap kiblat.
Do’a sebaiknya diawali dengan membaca ta’awudz (Audzubillah), basmalah (bismillah), hamdalah (Alhamdulillah), shalawat atas Nabi Saw.
Selanjutnya, berdo’a kepada Allah Swt sesuai dengan niat. Setelah selesai mengucapkan do’a hendaklah ditutup dengan shalawat atas Nabi Saw. Do’a diucapkan dengan dengan suara yang rendah (tidak keras) disertai dengan keyakinan penuh, bahwa cepat atau lambat do’a itu dikabulkan.
Berdo’a dilakukan dengan khusu, diulang-ulang pengucapannya, diungkapkan dengan kata-kata yang jelas tetapi sopan, tidak meminta yang mustahil, tidak meminta yang buruk-buruk. Selain itu tidak meminta sesuatu yng dilarang Allah SWT. Tidak berdo’a untuk kerugian orang lain dan tidak pula berdo’a untuk memutuskan silaturahmi.
Pada situasi-situasi, seseorang dapat berdo’a secar langsung sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad Saw, seperti pada saat bangun tidur, mendengar petir, melihat jenazah lewat, dan selesai adzan.
Sejalan dengan adab berdo’a tersebut, suatu do’a masih memungkinkan akan ditolak apabila seseorang: berdo’a dengan cara-cara yang tidak diajarkan (dicontohkan) oleh Allah Swt dan Rasul-Nya. Berdo’a dengan tidak memenuhi adab dan sopan santun
                                        iii.       Jadikan do'a sebagai senjata
Do'a merupakan bagian naluriah manusia.sepanjang sejarah, do'a telah dan senantiasa hadir dalam ruang-ruang kehidupan, baik disadari ataupun tidak. Temuan-temuan arkeologis menunjukan do'a menjadi bagian inhern dalam sejarah peradaban manusia.
Dalam tulisan-tulisan sejarah, kekuatan do'a selalu tidak terlihat jelas. Karena kisah-kisah dalam sejarah, misalnya sejarah sosial umat Islam, tidak selalu menonjolkan peran do'a sebagai kekuatan luar biasa. Sehingga, dalam setiap peroses pembelajaran sejarah, kekuatan do'a sebagai spirit perubahan sosial, menjadi terabaikan. Padahal para pelaku sejarah selalu mengawali dan menyertai kontribusinya dengan do'a.
Namun, harus diakui, pada fase tertentu dari sejarah sufisme, di antara penganutnya, ada yang pasrah terhadap kenyataan, berdo'a tanpa upaya perubahan. Para sufi bersikap demikian, karena kecewa dengan realitas kekuasaan, yang menyimpang dari nilai-nilai ke-Islaman. Menurut mereka, melakukan perubahan adalah upaya bercuma. Saat itu do'a hanya difungsikan sebagai penghibur hati.
Namun, ketika Rasulullah Saw menjadi pelaku perubahan, beliau menempatkan do'a sebagai spirit. Walaupun Rasulullah Saw dikenal ma'shum (dilindungi dari perbuatan dosa). Beliau tetap tekun berdo'a dan melakukan ibadah ritual yangdan maknanya terimplementasi dalam setiap tindakan perjuangannya. Begitu juga dengan para sahabat. Hanya saja fakta itu tidak menjadi refleksi utama bagi umatnya. Mungkin saja umat kurang memahami dengan benar, bahwa do'a berfungsi sebagai spirit perubahan sosial.
Bagaimanakah manusia memfungsikan do'a? Bagaimana seorang ayah memfungsikan do'a saat menghidupi keluarganya? Sehingga do'a yang dipanjatkan menjadi upaya peneguhan komitmen dan penguat spirit jihad dalam melakukan perubahan. Bukan keluhan seorang "anak manis" yang kecewa dengan kekalahannya menghadapi kenyataan. Mungkin, dalam kehidupan dewasa ini kejadian seperti itu nyata menimpadiri kita. Ketika kerisis nasional melanda Indonesia, masyarakat miskin semakin menderita.
Dalam kondisi yang semakin tak menguntungkan, pemerintah malah mengeluarkan kebijakan yang jauh dari rasa keadilan. Tidak heran, jika ada sebagian kita terjebak menghibur diri dengan do'a, tanpa upaya perubahan. Artinya, manusia telah menyalahgunakan do'a sebagai penghibur duka yang sebenarnya tidak mendorong perubahan.
Saat ini, bukan saatnya menjauhkan do'a sebagai spirit perubahan sosial. Mengapa? Karena di benak generasi saat ini yang tertanam adalah logika-logika yang merasuk nalar serta mengelabuhi nurani, bukan do'a yang menjadi spirit perubahan. Misalnya, sebagai seorang ayah seharusnya ia menanamkan keyakinan dalam benak anggota keluarga bahwa "do'a merupakan spirit perubahan".
Do'a harus difungsikan sebagai spirit yang memacu kualitas kerja mencari nafkah, kualitas belajar anak-anak, dan semangat berjuang mereka. Semua itu dilandasi sikap optimis, karena semua usaha yang dilakukan selalu ada kehendak Allah di belakangnya. Dengan demikian, do'a menjadi senjata orang-orang mukmin.

b.      Zikir
                                            i.      Makna Zikir
Zikrullah atau mengingat Allah di mana dan kapanpun juga merupakan sikap yang sangat terpuji. Dengan sikap seperti ini ia akan dapat menjaga diri dari berbagai perbuatan yang tercela, dan lebih dari itu ia akan mendapatkan berbagai macam hikmah seperti memperoleh ketenangan batin, terjaganya dari pribadi yang terbelah (split personality) terjaganya jasmani dari berbagai penyakit mental, seperti depresi, stres, perasaan was-was, takut yang tidak menentu, khawatir dsb.
Dalam ulasan para ulama dikatakan bahwa zikir atau ingat kepada Allah ada tiga macam, yaitu:
1)      Zikrun bi al-qalbi, atau zikir dalam hati, maksudnya hati senantiasa ingat pada Allah di mana dan kapanpun juga.
2)      Zikrun bi al-lisani, atau zikir dengan lisan, maksudnya lisannya senantiasa basah karena untuk menyebut asma Allah
3)   Zikrun bi al-amali, atau zikir dengan perbuatan, maksudnya apapun yang dilakukannya selalu diniati karena Allah dan dimotivasi semata­mata untuk mencari ridha-Nya.

Ingat kepada Allah dalam berbagai bentuk manifestasinya akan menyebabkan hati menjadi tenang, yang kalau amalaan ini dijadikan amalan yang mudawamah/kontinyu akhirnya akan membentuk jiwa/batin yang tenteram (nafsu al-mutmainnah).
Zikir kepada Allah bisa berupa memaha sucikan Allah (subhaana Allah), memuji kemuliaan Allah (al-hamdu lillaahi), mengagungkan Allah (Allahu.Akbar), memolion perlindungan Allah (`a'u:dzu billahi min as­syathaani ar-rajiimi), mencukupkan perkaranya kepada Allah (hasbuuna Allah), meng-Esakan Allah (Laa ilaaha illa Allah), memohon ampunan Al­lah (astaghfirullah), memasrahkan urusan kepada Allah (tawakkaltu `ala Allah) dan lain sebaginya. Namun di antara sekian banyak ungkapan ingat (zikir) kepada Allah, maka ucapan “Laa ilaaha illa Allah” merupakan ungkapan zikir yang paling utama.
Mengingat Allah dalam arti yang sebenarnya, yaitu dalam arti ingat dalam hati, ucapan, dan perbuatan bukannya suatu sikap dan perbuatan yang mudah tanpa hambatan. Upaya mengingat Allah kadangkala menjadi tertatih-tatih karena terganggu oleh kesibukannya mengurusi masalah kehidupan yang bersifat duniawi saja. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sigmund Freud bahwa secara naluri manusia didorong dan disibukkan oleh dua dorongan, yaitu dorongan mempertahankan diri, dan dorongan mengembangkan diri. Kedua dorongan ini dalam terminologi Alquran disebutnya "al-mal wa al-banuun", harta benda dan anak keturunan, sedang dalam Hadits disebutnya "al-dunyaa wa al-nisa", dunia dan wanita.
Dengan demikian bahwa manusia sering terlena dan lupa kepada Allah apabila dua dorongan tersebut telah mengikuti. Itu bukan merupakan kesuksesan yang sejati karena Allah akan menjauh terhadap orang yang melupakannya. Apabila Allah sudah menjauh dari diri kita, maka manusia tersebut kan mengalami kesusahan dan kesempitan dalam hidup.
Allah menurunkan Alquran bagi manusia sebagai petunjuk kepada setiap mukmin agar berhati-hati terhadap dua dorongan di atas, dikarenakan kedua dorongan di atas yang teramat kuat seseorang akan terlena untuk mengingat Allah. Inilah rahasia yang terkandung dalam do'a yang diajarkan oleh Rasulullah Saw kepada Mu'ats bin Jabal agar dirinya tidak putus-putus menyampaikan do'a kepada A11ah di setiap akhir shalat, dengan permohonan "Alla:humma ainni: `ala: dzikrika", Ya Allah! tolonglah agar aku senantiasa dapat mengingat-Mu.
Sementara terhadap orang-orang yang lupa terhadap Allah, lupa terhadap berbagai peringatan Allah, lupa terhadap ayat-ayat Allah pasti akan mengalami kesusahan dan kesempitan hidup, dan kelak di akhirat akan dibutakan oleh Allah Swt.

b. Zikir dan keutamaannya
Mengembalikan ruh pada kesempurnaan semula bukanlah pekerjaan mudah dan tidak dapat dilakukan secara sempurna oleh setiap manusia. Disiplin ilmu ini membahas persoalah yang berkenaan dengan kerja pengambilan tersebut. Roh harus kembali kepengetahuannya yang sempurna terhadap Allah Swt. Jadi orang yang telah berada pada posisi ini, ia dapat dicontohkan dan diikuti.
Adapun cara atau jalan yang dapat digunakn untuk mengembalikan roh mengenal pada keadaan semula adalah Allah Swt berikut sifat-sifat-Nya, mengetahui tetang penghambaan yang murni beikut cara-caranya, belajalah pada ahlinya dan mengikuti jejak mereka, dengan senantiasa melakukan zikir yang banyak dan selalu mengingat akhirat.
Masalah zikir kami tekankan, karena memalui zikir perwujudan asma-asma Allah Swt dan terhadap pengenalan kepada-Nya bias tepenuhi. Rasulullah menuturkan apa yang diriwayatkan dari Tuhannya:
“Aku bersamanya bial dia berzikir mengingat-Ku.” (HR. Bukharidan Mulim).
Allah Swt besama seorang hamba tersebut mengingat-Nya. Kebersamaan Allah Swt dengan seorang hamba sangat banyak pengaruhnya. Di antaranya adalah Allah Swt melindungi dan memelihara hamba tersebut, sehingga dia tidak tergelincir dan melakukan kesalahan. Allah Swt mewujudkan (keinginan hamba tersebut) dengan asma-asma-Nya yang selalu disebutkan. Jadi kebesaran Allah Swt dengan roh tersebut memperoleh (suatu hal) dari atau melalui asma-asma-Nya atau sifat-sifat-Nya. Seperti ilmu, hikmah, rahmat, berikut perwujudan penghambaan kepada-Nya. Inilah objek pertama dari pencapaian kesuksesan sejati tanpa batas.
Iman Allah Swt., ketika menjelaskan pelemparan jumrah, yang artinya:”Dan berzikilah (dengan menyebut) Allah Swt dalam beberapa hari yang berbilang”.
Begitulah Anda dapatkan bahwa segenap ibadah adalah zikir, atau merupakan suatu makna yang membantu Anda untuk sampai pada zikir, atau suatu pengertian dari penekanan ziki. Karena kami sebutkan sebelumnya bahwa ada dua rukun dari pejalanan ruhani menuju Allah Swt adalah zikir dan ilmu. Kalau Anda mau merincinya lebih jelas lagi, maka Anda katakana bahwa tuntutan tertinggi dari manusia adalah takwa, sedangkan takwa tidak bisa dicapai tanpa ilmu dan ibadah.
Dengan demikian bahwa zikir sebagai jalan untuk menuju takwa dan kesuksesan sejati yang tanpa batas. Sedangkan takwa tidak akan tercapai melainkan dengan ilmu dan amal. Ilmu merupakan penerang bagi Anda untuk berjalan menuju takwa atau kesuksesan tanpa batas, sehingga dalam beramal/berjalan Anda tidak salah jalan yang akan mengantarkan Anda kejurang kehancuran. Akhirnya apa yang dituju oleh kita akan semuanya sia-sia. Oleh karena itu, dengan adanya ilmu yang meneragi, maka dapat terlihat mana jalan yang diridhai Allah dan mana yang salah (dimurkai Allah Swt). Itu semua merupakan jalan untuk jalan menuju kesuksesan dan kebahagiaan yang sejati yaitu takwa.
Sementara amal merupakan perbuatan yang dijalankan oleh Anda dalam jalurnya yang diterangi ilmu.

c. Keuntungan berzikir
Apabila seseorng telah melewati peringkat zikir “zikrullah” itu, seolah-olah akan muncul rohaniyah yang baru yang berada dengan yang terdahulu yang terzahir pada orang yang berzikir itu. Roh itu lebuh suci dan lebih indah daipada roh-roh lainnya. Itulah yang disebut “anak hati” atau “anak roh”.
Ketika terbentuk benih, “anak hati” akan mengajak dan menarik manusia untuk mencari hakikat, selepas ia dari yang sahir “anak ruh” akan mendorong manusia mencari zat Allah Swt yang Maha Tinggi.
Apapun yang Anda lakukan, secara jasmani hendaknya Anda mengikuti jalan yang lurus. Perbuatan mengikuti janlan yang lurus ini hanya dapat dilakukan dengan cara mematuhi dan memelihara syariat. Oleh karena itu, setiap orang hendaknya sadar dan senantiasa mengingat Allah Swt (zikrullah). Zikrullah adalah wajib hukumnya atau tidak boleh ditinggalkan. Firman Allah Swt., yang artinya:
“…ingatlah Allah Swt diwaktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaing”. (QS. An-Nisa [4]:103).
Berzikirlah mengingat Allah SWT disetiap gerak dan detik, setiap berdiri dan duduk, setiap berjalan dan berbaring, karena perbuatan itu menambah taqarrub atau kedekatan kepada-Nya. Firman Allah Swt., yang artinya:
“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri maupun duduk, maupun dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: ya Allah SWT kami, tidakkah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka!” (QS. Ali ‘Imran [3]: 191).
Orang yang senantiasa mengingat Allah akan selalu diingat pula oleh-Nya bahkan Allah lebih sering mengingatnya dan lebih sepontan dari pada dirinya sendiri. Sehingga apabila Anda sudah dekat dengan Allah Swt, Insya Allah apapun yang kiat minta Allah akan mengabulkannya. Bukankan ini suatu keuntungan tidak dapat ditandingi oleh keuntungan lainnya? Betapa seorang hamba-Mu menyia-nyiakannya!

No comments:

Post a Comment