Tuesday, December 20, 2011

MENGENAL DAN MEMAHAMI ENERGI SEBAGAI JALAN MERAIH KESUKSESAN


Dalam setiap kehidupan semua manusia pastinya mengenal dengan yang namanya energi. Di mana energi tersebut sangat dibutuhkan oleh setiap mahluk hidup dalam menjalankan roda kehidupannya. Energi tersebut dapat dirasakan, tetapi tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Apabila suatu energi yang ada di sekeliling kita itu digunakan (ke arah yang positif) dengan semaksimal mungkin, maka akan dirasakan hasilnya dalam kehidupan. Sehingga orang tersebut dapat meraih kesuksesan yang sejati (sesungguhnya) tanpa batas, seperti dalam pekerjaan, memperoleh kekayaan, kesehatan, dan lain sebagainya. Apabila hal tersebut diperoleh dengan sesungguhnya, maka orang tersebut akan memperoleh kesuksesan dalam menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. 
Dengan demikian bahwa dalam meraih kesuksesan tersebut, maka harus dapat mengolah energi ― yang sebenarnya sudah tersedia ― yang diciptakan Allah Swt. bagi mahluk-Nya.
Dalam Islam sebenarnya sudah dibahas mengenai bagaimana energi itu bekerja dan bagaimana mengelola energi yang ada dalam diri sendiri maupun di lingkungan. Salah satunya mengenai bagaimana mengelola hawa nafsu yang ada dalam diri sendiri yang sering tidak terkendali sehingga hati nurani dan akal pikiran yang sehat kadang diabakan atau terkalahkan. Sebagaimana Nabi  Muhammad dalam suatu riwayat ketika ia dan para sahabat pulang dari perang badar bersabda: 
"Kalian telah kembali dari jihad yang lebih kecil kepada jihad yang lebih besar" Mereka bertanya "Apakah jihad yang lebih besar itu?" Beliau menjawab, "perjuangan melawan hawa nafsu."
Dari hadis tersebut dapat diatikan bahwa Anda dihadapkan dengan hawa nafsu (energi negatif) yang ada pada diri sendiri, sehingga akhirnya akan badanlah yang akan menanggung akibatnya. Dengan demikian bahwa Allah menciptakan manusia dengan aturannya, maka diturunkanlah peraturan baginya melalui nabi/rasul-Nya berupa syariat  (Alquran) dan juga Hadis Nabi. Sebagai mana firman Allah Swt.:
“Pada tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat  tertentu ynag mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syariat) ini, dan serulah kepada (agama) Rabb-mu. Sesungguhnya benar-benar berada pada jalan yang lurus. Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah “Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan.” Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya.” (QS. Al-Hajj, ayat 67-69)
Aturan (syariat) yang diberikan kpada kita yaitu Alquran yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan hadits Nabi Saw. yang kesemuanya itu sebagai aturan (syariat ) yang harus di jalankan di muka bumi ini. Karena segala perbuatan kita akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.
Firman Allah Swt.:
“Hai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran dari Allah Swt. (Alquran) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus: 57).
Dari ayat di atas sudah jelas bahwa Alquran diturunkan untuk manusia sebagai petunjuk dalam hal atau cara mengelola enegi alam, sehingga dalam mengarungi kehidupan yang fana ini agar Anda tetap pada jalur (lajan yang lurus) yang diridhai-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt, yang artinya:
"Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan yang telah Engkau anugrahi nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat". (QS. Al-Patihah (2): 6-7).
Di samping itu juga Anda mengenal yang namanya bagaimana Allah mengatur alam raya ini dengan seimbang, tidak cacat sedikit pun dan di antara pelanet-pelanet tidak bertabrakan satu dengan yang lainnya. Sehinga alam ranya ini berjalan sebagaimana yang telah ditetapkan-Nya. Sebagaimana firman Allah, Swt, yang artinya:
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-berulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bitang dan jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka  yang menyala-nyala.”  (QS. Al-Mulk (67): 3-4)
Dari ayat tersebut dapat diartikan bahwa energi yang dimiliki oleh alam semesta (setiap benda langit) diciptakan oleh Allah bukan main-main dan (dengan ijin Allah-lah) dapat berputar pada jalurnya. Begitu juga dengan burung yang terbang di langit atau kapal laut yang berlayar di tengah laut Dengan begitu kaum muslim dapat mengelola energi (energi alam/energi Illahi) baik yang ada pada diri sendiri maupun yang ada di lingkungan sekitar kita, maka akan menghasilkan kesuksesan hidup yang sesuai dengan apa yang diharapkan – tentunya jalan kesuksesan yang diridhai Allah Swt. Sehingga mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat kelak.
Akan tetapi, semua manusia tidak akan terlepas dari dua hal, yaitu pertama, kebahagiaan (kesuksesan). Hal ini yang setiap manusia ingin memilikinya atau mendapatkannya. Sehingga apapun cara dan jalannya akan ditempuhnya. Maka Islam sendiri menganjurkan pada umatnya di dunia ini untuk mencari karunian Allah untuk mencapai kesuksesan (kebahagiaan) dengan cara betebaran di muka bumi. 
Islam mewajibkan kepada umatnya untuk mencari karunia baik berupa harta benda, kesehatan, dan lain sebagainya. Akan tetapi, Islam menganjurkan juga dalam mencari karunia-Nya tidak lupa dengan yang namanya ibadah terutama ibadah yang diwajibkan, sehingga karunia yang didapat itu adalah karunia yang diridhai Allah Swt. Dan juga sebaliknya mendapatkan kesuksesan tersebut juga ― seperti mendapatkan kekayaan dan kesehatan ― itu semua hanya semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Pada akhirnya Anda akan mendapatkan kesuksesan yang sejati tanpa batas baik di dunia dan akhirat.
Kedua, kegagalan dalam hidup berupa kesusahan, malapetaka, terkena bencana alam dan lain sebagainya. Hal itu semua manusia tidak seorang pun mau mengalaminya. Akan tetapi, manusia tidak akan pernah mampu melawan setiap bencana, menaklukkan setiap derita, dan mencegah segala malapetaka dengan kekuatannya sendiri. Mereka hanya mampu menghadapi semua itu dengan baik hanya bila mereka bertawakkal kepada Rabb-nya, percaya sepenuhnya kepada pelindung-Nya, dan menyerahkan semua perkara kepada-Nya. Itulah jalan yang terbaik. 
Tidak semua orang menyadari bahwa sebagian besar kegagalan timbul karena perbuatan mereka sendiri. Pola hidup yang tidak pada jalan yang diridhai Allah, spiritualitas yang hampir kosong membuat orang lupa ke arah mana tujuan hidup. Sehingga aktivitas demi aktivitas dilakukan hanya sebagai sebuah ritual yang sudah kehilangan esensinya. Tidak heran jika kesuksesan yang didambakannya tidak pernah ia raih. Salah siapa? Anda semua tahu jawabannya.
Islam memberikan tuntunan kepada umatnya berupa syariat, sehingga manusia dalam berjalan di muka bumi ini tidak keluar dari jalur yang sudah ditetapkannya. Dan Allah Swt menurunkan Alquran untuk dijadikan pegangan dalam meraih kesuksesan. Dengan berjalan di jalur yang diridhai Allah ― sesui dengan syariat ― itu, manusia akan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
Dengan demikian, bahwa apabila manusia berpegang teguh pada tali Allah yaitu syariat  yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt, secara otomatis manusia tersebut akan dekat dengan-Nya. Apabila sudah dekat dengan Allah, maka Ia (Allah Swt.) akan lebih dekat dengan hamba-Nya, sehingga apa yang diinginkannya akan didengar dan dikabulakan-Nya. Artinya enegi Allah Swt. akan mengalir membawa Anda menuju kesuksesan. Hal itu yang sering disebut energi Ilahi atau energi hidup. 
Secara sederhana dapat saya gambarkan bahwa energi merupakan usaha pemanfaatan energi hidup untuk penyembuhan berbagai macam penyakit. Energi ada di mana-mana baik pada tumbuhan, binatang, alam sekitar maupun pada manusia bahkan benda mati sekalipun. Karena berasal dari Allah Swt. dan bersifat alami, energi memiliki sifat kecerdasan tersendiri yang bila dimanfaatkan dalam mencapai kesuksesan, seperti penyembuhan dapat memenuhi semua tingkat kebutuhan manusia yang meliputi fisik, emosional, mental, sosial, ekonomi, dan spiritual. Secara ilmiah, energi dapat merambat pada sistem tubuh melalui urat-urat syaraf di dalam tubuh. Urat-urat syaraf tersebar merata di dalam setiap organ dan bagian tubuh. Hampir tidak ada bagian yang terlewatkan oleh ujung-ujung syaraf. 
Hal ini merupakan suatu keuntungan, karena energi hidup yang ada pada diri sendiri dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin. Sehingga keinginan-keinginan menuju kesuksesan akan mudah tercapai. Oleh karena itu, dalam memanfaatkan energi dalam meraih kesuksesan mempunyai empat landasan (jembatan) yang harus dipegang dan dijalani. Keempat landasan tersebut merupakan kunci pokok, sehingga apabila hanya satu di antara empat landasan tersebut yang dijanankan, maka kesuksesan tersebut mustahil di capai. Keempat landasan tersebut yaitu: 
Pertama, dalam energi selalu ditekankan bahwa setiap kaum muslimin harus memiliki "keyakinan", baik yakin terhadap Tuhan, yakin pada diri sendiri, yakin pada metodenya, dan yakin pada guru sebagai pembimbing/penuntun pada jalan kesuksesan tersebut. Yakinlah bahwa segalanya hanya akan berjalan sesuai kehendak Allah Swt. dan yakinlah bahwa apa yang akan dilakukan sebagai ikhtiar untuk memcapai kesuksesan. Dalam upaya mencari sesuatu keyakinan maka langkah awal yang harus Anda lakukan adalah proses pemuliaan hati, penataan ulang maksud hati dan penjernihan tujuan. 
Kedua, "niat". Perananan niat dalam usaha meraih kesuksesan tidak boleh ditinggalkan, karena niat yang mantap tanpa keraguan akan menentukan hasilnya. Dalam hal ini niat berfungsi sebagai program. Segala amal perbuatan harus didahului oleh niat, hasilnya ditentukan oleh kesungguhan niatnya.
Niat sangat berhubungan sekali dengan "keyakinan" kalau belum yakin, masih ragu-ragu dalam hati akan hasil dari usaha dalam meraih kesuksesan, maka niat tidak akan menjadi mantap. Sabda Nabi Muhammad Saw.:
“Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai niat dan setiap orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang berhijrah hanya karena Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya itu menuju Allah dan rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan”. (HR. Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari dan Abul Husain Muslim bin al-­Hajajan Naisaburi).
Ketiga, "Usaha". Setelah niat sudah mantap, jalankan niat tadi dengan tindakan (action) yang sesuai dengan tujuan Anda sebagai usaha manusia untuk mencapai harapan yang diinginkan, jangan terpengaruh oleh hal-hal yang di luar dari tujuan Anda apalagi hal yang tidak ada hubungannya. Tetaplah pada usaha Anda. firman Allah Swt.:
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS. Yusuf: 87).
Ayat di atas menegaskan perintah Allah Swt. untuk selalu berusaha dan tidak berputus asa selama masih ada sesuatu yang bisa dilakukan. Allah melarang seseorang berputus asa, sebab orang yang merasa putus asa sama dengan orang yang tidak mengakui bahwa Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu sebab ia tidak meyakini bahwa Allah Swt. mampu membalikkan keadaan seperti apapun apabila la berkehendak.
Keempat, "Pasrah/tawakal", pasrah ditujukan kepada apa yang Anda usahakan, tanpa keraguan sedikitpun, serahkan hasilnya pada Tuhan, biarkan "hasil" muncul dengan sendirinya. Jangan pikirkan kapan datangnya, karena hal ini bisa memunculkan rasa ragu, khawatir, cemas, dan ketakutan. Yakinlah sesungguhnya Allah Swt. telah mengatur semuanya yang akan membawa Anda pada kebaikan-kebaikan hidup.
Bila kebaikan adalah hal yang Anda harapkan. Berprasangka baiklah pada Allah Swt., maka kebaikan harapan menjadi mendekati Anda, menjadi milik Anda. Posisi hati seperti inilah yang dinamakan sikap pasrah/tawakkal. Firman Allah Swt.:
“Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa­-dosa hamba-hamba Nya.”  (QS. AI-Furqon:58)
Dalam ayat di atas sudah jelas bahwa setiap kaum muslimin dianjurkan harus mempunyai keyakinan, niat, usaha, serta yang terakhir harus ditanamkan dalam hati adalah sikap tawakkal kepada Allah Swt. Di sinilah manusia akan diuji oleh-Nya sejauh mana keyakinan tersebut terhadap kekuasaan Allah Swt.
Wahai orang yang ingin menyadarkan dirinya, bertawakallah kepada Yang Maha Kuasa dan Maha Kaya yang kekuatan amat besar ada pada-Nya. Bila Anda mau keluar dari kesusahan dan selamat dari bencana. Jadikanlah "Hasbunallah wa Ni'mal Wakil" syiar dan semboyan yang selalu menyelimuti langkah hidup Anda. Jika harta Anda sedikit, hutang banyak, sumber penghidupan kering, dan mata pencaharian terhenti, mengadulah kepada Rabb-mu seraya mengucapkan, "Hasbunallah wa nimal wakil." Jangan pernah berpikir bahwa Allah akan berhenti memberikan rahmat-Nya kepada Anda karena pernah melakukan berbagai kesalahan dan dosa sebab Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang lagi Maha Pengampun
Allah Swt. adalah nama yang Mulia dan Agung, nama yang paling mudah dikenali, yang memiliki makna sangat indah. Dikatakan, kata "Allah" berasal dari akar kata "a-la-ha", yang berarti; dzat yang dituhankan oleh hati, yang dicintainya, karena-Nya hati menjadi bahagia, yang diterima hati dengan segala kerelaan, dan yang menjadi tempat hati bergantung. Lebih dari itu, sangat tidak mungkin hati mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dengan yang lain kecuali dengan-Nya. Untuk itulah Rasulullah mengajarkan Fatimah, anak perempuannya, do'a kesusahan. "Allahu, Allahu rabbi la usyriku bihi syai'an." (AlIah, Allah Rabb-ku, aku tidak menyekutukan Engkau dengan sesuatupun). (al­-Hadits).
Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas dapat Anda lihat bahwa dalam memanfaatkan energi dalam kehidupan untuk meraih kesuksesan itu sebenarnya sudah ada dan dipaparkan dalam syariat Islam. Di samping itu, dalam mengolah/mengelola memanfaatkan energi yang ada pada diri sendiri, itu merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Di mana dalam setiap pemanfaatan dan penyaluran energi untuk keperluan apapun harus di dahului dengan do'a kepada Allah dan di lanjutkan dengan dzikir.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pemanfaatan energi, keempat perinsip/landasan (syarat) tersebut harus dimiliki.  Jika prinsip ini terpenuhi, baru ada hasil untuk merealisasi tujuan tertinggi energi. Tanpa ini, jalan yang ditempuh tidak akan menentu, dan kemajuan sulit dicapai. Tetapi prinsip-prinsip ini hanyalah muncul secara spontan dari pemanfaatan Anda. “Tentu saja seseorang mungkin tidak dapat melaksanakan atau memberikannya manfaat kepada orang lain.” Timbul dari dalam, kecepatannya bisa dipenuhi dengan lebih cepat. Seorang guru hanya bisa mengarahkan murid pada jalan ini. “Sang murid hanyalah menempuh jalan ini sendiri.” 
Untuk lebih jelasnya dari keempat landasan dalam memanfaatkan energi tersebut akan saya jelaskan pada bab-bab selanjutnya. 

Sumber:
Chairuddin Hadhuri SP, Klasifikasi kandungan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 1994.
Musthafa Khamal Pasha, Qalbun-Salim: Hiasan Hidup Muslim Terpuji, Jakarta: Citra Karya Mandiri, 2002.
Syaiful M. Maghsri, Kecerdasan Bioenergi: Jalan Spiritual Menuju Kesembuhan, Yogyakarta: BE Press, 2004.
Ruqaiyah Waris masqood, Harta dalam Islam: Panduan Al-Qur’an dan Hadist dalam Mencari dan Membelanjakan Harta dan Kekayaan, Jakarta: Lintas Pustaka, 2003.
Hadarah Rajab, Akhlak Sufi: Cermin Masa Depan Umat, Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2003.
Abdullah Lam bin Ibrahim, Fiqih Finansial, diterjemahkan oleh Abu Sarah dan Taufiq Khudlori Stiawan, Solo: Era Intermedia, 2005.
Brian Adams, Anda Terlahir untuk Sukses, diterjemahkan oleh Maufur, Yogyakarta, Cinta Pena, 2004.
Bambang Sumantri, Jalan Kesuksesan Hidup, ttp: Progress Group, tt.
Ensiklopedi Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, cetakan 2 Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994

No comments:

Post a Comment