Wednesday, December 21, 2011

Yakin pada Allah SWT


Setiap hamba pasti melalui hari mendung dalam hidup. Ketika itu dia akan berbeda dalam zona yakin (iman) yang lemah dan keadaan itu membuat dirinya sangat tertekan. Apakah mungkin hidupnya boleh tenang jika hubungannya dengan Allah Swt. terancam?

Banyak sebab yang menyumbang kepada keadaan seperti itu. Antaranya ialah jika kita terlalu obses terhadap dunia sehingga melupakan makna hidup yang sebenarya. Kuncinya adalah yakin dan bersyukurlah kepada Allah Swt. yang harus di tamankan dalam hati karena hati anda masih hidup.
Apabila keyakinan tersebut sudah tertanam dalam hati dan masih memiliki semangat dalam diri untuk bangkit dan memperkuat keyakinan (iman) kita sendiri. Karena keyakinan pada Allah adalah modal utama manusia untuk menjalani hidup. Keyakinan manusia terhadap Allah Swt sebagai sumber energi. Jika kesadaran manusia terjebak dalam hal-hal yang bersifat realitas material, maka bentuk keyakinannya juga akan bersifat realitas material. Keyakinan dalam sebuah agama disebut dengan iman. Manusia yang beriman menurut agama akan dapat menjalani kehidupan ini dengan baik, damai, dan bahagia. Apakah keyakinan atau Iman dalam agama ini dimiliki dan dihayati oleh semua orang yang beragama? Belum tentu. Keyakinan dalam agama menemukan bentuk sempurnanya dalam kesadaran spiritual orang yang menganutnya. Banyak orang beragama melakukan kejahatan atau kerugian-kerugian karena kesadarannya hanya sebatas pada realitas material. Semakin kesadaran manusia terseret pada hal yang sifatnya realitas material, maka bentuk keyakinannya pun akan mengikuti hukum ini. Apa yang tampak dan dapat dirasakan oleh indera itulah yang nyata dan itulah kebenaran. 
 Dalam menjalani roda kehidupan untuk meraik kesuksesan, baik kesuksesan di dunia maupun kesuksesan di akhirat kelak harus mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh Allah Swt. dan harus menyakini bahwa aturan tersebut adalah sebagai jalan dalam meraih kesuksesan. Keyakinan dihasilkan dari kesadaran spiritual bahwa ada Jiwa Agung dalam alam semesta ini, ada Energi Tunggal yang menggerakkan dan menciptakan alam semesta ini dan ini adalah Jiwa dan Energi Tuhan. Bentuk Keyakinan dan spiritualitas Energi bukan terletak pada kata ‘benar’ dan ‘salah’  tapi lebih mengarah pada Daya Tertinggi semesta yang tanpa batas dan dapat melampaui realitas material. Kesadaran yang menyesuaikan dengan Daya ini akan dengan sendirinya mengarahkan Keyakinan pada Daya Tertinggi. Dengan keyakinan ini maka tidak ada alasan bagi Anda untuk tidak bisa mencapai kesuksesan, seperti sembuh dari penyakit, bangkit dari keterpurukan, kaya dari kemiskinan, dan lain sebagainya. Yang jelas keyakinan akan mempengaruhi dan menentukan terhadap apa yang diharapkan.
.Artinya bahwa tidak ada gunanya jika ingin meraih kesuksesan dalam segala hal tanpa adanya keyakinan (yakin dan berpikiran pisitif kepada Allah Swt. bahwa Allah-lah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya) terhadap apa yang dilakukannya. Hal itu semua akan terbuang dengan sia-sia. Misalnya jika ketika dicoba oleh Allah Swt. dengan penyakit baik penyakit yang ringan maupun yang berat (kronis) sehingga kita berobat ke ruang penyembuhan penyakit baik itu di rumah sakit, di PUSKESMAS, ataupun ditempat pengobatan alternatif jika tidak yakin bahwa penyakit itu berasal dari Allah dan Ia jugalah yang akan menyembuhkannya kembali.
Di samping itu, segala penyakit pasti ada obatnya dan dengan jalan obat itu akan disembuhkan. Dan sebaliknya apabila tidak akan mungkin menemukan daya Penyembuhan Energi jika tidak yakin bahwa enenrgi dalam tubuh Anda secara spiritual memiliki makna yang tak terbatas dan kemampuannya dapat melampaui realitas material. Anda harus yakin dan kesadaran Anda harus dapat mengarahkan Keyakinan Anda bahwa tidak ada sakit yang tidak bisa disembuhkan. Manusia sebagai individualitas dari Jiwa Agung-Allah Swt adalah tercipta dalam kesehatan, dalam kebahagiaan dan dalam kedamaian.
Keyakinan merupakan kepercayaan yang teguh terhadap prinsip-prinsip agama. Kepercayaan demikian harus sesuai dengan realitas dan tidak terpengaruh oleh keraguan-keraguan. Jika tidak, ia hanyalah penambah kebodohan.
Syariat Islam telah memberikan perhatian khusus berkaitan dengan keyakinan dan mencurahkan puji-pujian mulia kepada orang-orang yang memiliki keyakinan. Amirul Mukuminin Ali bin Abi Thalib, "Tidak ada orang yang menemukan rasa keimanan sejati sebelum ia percaya bahwa apapun yang menimpanya tidak akan pernah luput darinya, dan apapun yang luput darinya tidak akan pernah menimpanya. Sumber sejati kerugian dan keuntungan berada hanya dalam kekuasaan Allah Swt.
Imam Shadiq berkata, "Keimanan (menjadi mukmin) adalah lebih baik dibandingkan dengan Islam (menjadi Islam). Keyakinan (menjadi mutaqin) adalah lebih baik dibandingkan dengan keimanan. Sesungguhnya tak ada yang lebih kuat dibandingkan dengan keyakinan". Artinya amalan sedikit yang sinambung (dilakukan terus-menerus) bersama dengan keyakinan adalah lebih baik dalam pandangan Allah dibandingkan dengan amalan-amalan yang banyak namun tanpa keyakinan.
Menghindar dari ujub, riya, takabur, serta meghindar dari mukanya Allah, serta menghindar dari mencela seseorang atas sesuatu yang Allah tidak berikan pada Anda, inilah bagian-bagian sesungguhnya dari keyakinan muslim. Rezeki tidak dapat diperoleh melalui sikap kikir dan tidak akan dihentikan ketika seseorang tidak menyukainya. Jika Anda lari dari rezeki yang telah Allah tentukan, sama seperti Anda lari dari kematian, maka sungguh rezeki itu akan menggapai Anda sebagaimana kematian pasti menjemput Anda. Disebabkan keadilan dan persamaan (hak), Allah telah menjadikan kebahagian dan ketentraman terletak pada keyakinan dan keridhaan, dan Allah telah menjadikan keperihatinan dan keduakaan terletak pada kecurigaan dan ketidakpuasan.
Suatu waktu Imam Ridha diminta untuk mengidentifikasi siapakah yang terbaik di antara dua orang, yaitu orang yang selalu berkata jujur namun ia melakukan kejahatan-kejahatan, minum khamer, dan melakukan dosa-dosa besar. Sedangkan orang yang satunya kurang memiliki keyakinan namun ia tidak melakukan kejahatan-kejahatan demikian. Imam berkata, "orang yang pertama adalah seperti orang yang tidur di jalan yang benar. Segera setelah ia terbangun, ia akan menempuh jalan yang benar. Sedangkan orang yang kedua seperti orang yang tertidur di jalan yang salah. Ketika terbangun ia tidak dapat mengenal jalan yang benar yang harus ia tempuh.
Imam Shadiq meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. pernah memperhatikan seorang pemuda di mesjid setelah shalat subuh. Pemuda itu terlihat mengantuk, wajahnya pucat, badannya kurus, dan matanya cekung. Rasulullah Saw. bertanya, "Bagaimana keadaanmu pagi ini?" Pemuda itu menjawab, "Aku memulai pagi ini penuh keyakinan". Rasulullah Saw. kagum dengan jawaban ini, karenanya beliau berkata, "Setiap keyainan memiliki bukti. Apa bukti yang engkau miliki?" Pemuda itu berkata, “Wahai Rasulullah! Keyakinanku tampak melalui kesedihanku, mataku yang tidak tertidur, dan kehasusan di siang bolong. Karenanya, aku benar-benar menganggap sepi dunia ini bersama berbagai kesenangannya, seolah-olah singgasana Tuhanku telah disiapkan untuk menggelar pengadilan akbar, seolah-olah semua manusia termasuk diriku sedang dikumpulkan di sana untuk dimintai pertanggungjawaban, dan seolah-olah para penghuni surga sedang menikmati kebahagiaan dan saling memperkenalkan diri mereka satu sama lain.”

No comments:

Post a Comment