Tuesday, December 27, 2011

Pernikahan Adat Jawa

Pernikahan adat Jawa, khususnya Surakarta memiliki tata cara yang khas. Menurut adat, upacara pernikahan dilakukan sesuai tradisi turun-temurun yang terdiri dari beberapa upacara.
Dimulai dengan acara Lamaran. Keluarga calon mempelai pria mendatangi (atau mengirim utusan) kepada keluarga calon mempelai perempuan untuk melamar putri keluarga tersebut menjadi istrinya. Pada acara lamaran ini, apabila kedua keluarga belum saling mengenal dapat lebih jauh mengenal, dan berbincang-bincang mengenai hal-hal yang ringan. Biasanya keluarga dari calon mempelai perempuan yang jenis pernikahannya. Pihak calon mempelai perempuanlah yang menentukan akan menggunakan paes ageng ( pernikahan agung) atau paes ksatriyan (pernikahan jenis ksatriya yg sederhana). 
Apabila lamaran dari calon mempelai pria diterima maka kedua belah pihak akan mulai mengurus segala persiapan untuk pernikahan tersebut. Ada banyak hal yang perlu disiapkan untuk acara pernikahan dengan menggunakan pernikahan adat jawa.  Dan sebuah pernikahan yang memerlukan persiapan besar tersebut tidak akan dapat terlaksana apabila tidak ada orang yang ahli dalam bidangnya. Dalam hal ini yang bertanggung jawab segala persiapan pernikahan adapt jawa disebut pemaes. Pemaes tersebut mewakili pihak mempelai perempuan. 
Pemaes atau juru rias ini bertanggung jawab mengatur pakaian dan rias muka yang akan dikenakan oleh kedua pengantin. Selain itu panitia yang terdiri dari sang Pemaes dan kerabat-kerabat dekat pengantin juga mengatur berbagai hal seputar pesta yang akan dilangsungkan. Seperti halnya makanan dan minuman yang akan disajikan, tarian serta musik gamelan yang akan digunakan untuk mengiringi pesta, pembawa acara, acara siraman, ijab hingga saksi – saksinya, kata sambutan, keamanan, dan perlengkapan yang lain yang mencakup sewa gedung.
Tetapi yang paling penting adalah mempersiapkan ijab qabul yang mengesahkan mempelai menjadi pasangan suami istri yang sah dimata hukum dan dimata agama.
Adapula hiasan – hiasan pernikahan. Hiasan itu biasanya di pasang di depan rumah yang punya hajat sehari sebelum hari H. Hiasan di depan rumah itu adalah janur kuning yang dilengkapi dengan berbagai macam tumbuhan dan daun – daunan. Serta tersedia 2 pohon pisang dengan setandan pisang masak pada masing-masing pohon, yang melambangkan suami akan menjadi kepala rumah tangga yang baik dan pasangan yang akan hidup baik serta berbahagia dimanapun mereka berada. Dilambangkan dengan pisang karena  pohon pisang yang mudah tumbuh dimanapun.
Tebu Wulung atau tebu merah, yang mengartikan keluarga yang mengutamakan pikiran yang sehat. Ada pula  Cengkir Gading atau buah kelapa muda, yang berarti pasangan suami istri akan saling mencintai dan saling menjagai dan merawat satu sama lain. Berbagai macam daun seperti daun beringin, daun mojo-koro, daun alang-alang, dadap serep, sebagai simbol kedua pengantin akan hidup aman dan keluarga mereka terlindung dari mara bahaya. Dan pada gerbang rumah dipasangi bekletepe. Bekletepe adalah hiasan dari daun kelapa yang dimaksutkan untuk mengusir roh-roh jahat dan sebagai tanda bahwa sedang ada acara pernikahan yang berlangsung di tempat tersebut.
Sebelum tarub dan janur kuning tersebut dipasang, sesajen atau persembahan sesajian biasanya dipersiapkan terlebih dahulu. Sesajian tersebut antara lain terdiri dari: pisang, kelapa, beras, daging sapi, tempe, buah-buahan, roti, bunga, bermacam-macam minuman termasuk jamu, lampu, dan lainnya. Sesajian ini dimaksutkan agar diberkati leluhur serta dilindungi dari roh jahat. Sesajian ini pun diletakkan di tempat-tempat dimana upacara pernikahan tersebut akan dilangsungkan, seperti kamar mandi, dapur, pintu gerbang, di bawah tarub, di jalanan di dekat rumah, dan sebagainya.
Dan hiasan lain yang harus disiapkan adalah kembar mayang. Yang akan digunakan dalam acara panggih.
Setelah itu kita laksanakan upacara siraman. Acara ini dilakukan pada siang hari sebelum Ijab atau upacara pernikahan ini. Bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau taman keluarga masing-masing dan dilakukan oleh orang tua atau wakil mereka. Biasanya ada tujuh orang yang dianggap penting atau baik untuk membantu upacara ini. Ada tujuh pitulungan (pertolongan).
Air yang digunakan siraman  merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut Banyu Perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari tujuh sumber  mata air dan melambangkan kehidupan. Keluarga pengantin perempuan akan mengirim utusan dengan membawa Banyu Perwitosari ke kediaman keluarga pengantin pria dan menuangkannya di dalam rumah pengantin pria.

Acara siraman diawali oleh orang tua mempelai dan ditutup oleh juru paes yang kemudian dilanjutkan dengan memecahkan kendi. Dalam upacara siraman tersedia pula sesajian. Sesajian untuk upacara siraman berisi  tumpeng robyong (nasi kuning dengan hiasan – hiasan), tumpeng gundhul (nasi kuning tanpa hiasan), ayam, telur, tahu, buah-buahan, kelapa muda, tujuh macam bubur, jajanan (kue manis, lemper, cendol), seekor ayam jago, lampu lentera, dan kembang talon(tiga macam bunga yang terdiri dari kenang, melati, dan cempaka).
Dalam siraman kita menggunakan kendi. Dan setelah siraman berlangsung ada acara pecah kendi. Kendi yang digunakan untuk siraman diambil. Ibu pengantin perempuan atau Pameas(untuk siraman pengantin pria) atau orang yang terakhir akan memecahkan kendi dan mengatakan: "Wis Pecah Pamore", yang artinya sekarang sang pengantin siap untuk menikah. Lalu dilanjutkan Pangkas Rikma lan Tanam Rikma. Yaitu acara memotong sedikit rambut pengantin perempuan dan potongan rambut tersebut ditanam di rumah belakang.
Lalu pengantin wanita menjalani acara ngerik yang dilakukan oleh juru paes.  Lalu kedua orang tua pengantin perempuan menggendong (biasanya simbolis) anak mereka yang melambangkan ngentaske artinya mengentaskan seorang anak. Dan orang tua mempelai perempuan pun menjalani prosesi dodol dawet. Yang mengisyaratkan agar banyak tamu yang datang. 
Dan semalam sebelum acara ijab, adalah midodareni. Acara ini dilakukan pada malam hari sesudah siraman. Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik dewi Widodari. Pengantin perempuan akan tinggal di kamarnya mulai dari jam enam sore sampai tengah malam dan ditemani oleh kerabat-kerabatnya yang perempuan. Mereka akan bercakap-cakap dan memberikan nasihat kepada pengantin perempuan.
Orang tua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab suaminya.
Dan keesokan paginya berjalanlah acara ijab qabul. Setelah mereka sah menjadi suami istri maka dilanjutkan dengan sungkeman Kedua pengantin bersujud memohon restu dari masing-masing orang tua. Pertama-tama ayah dan ibu pengantin perempuan, kemudian baru ayah dan ibu pengantin pria. Selama sungkeman, Pemaes mengambil keris dari pengantin pria, dan setelah sungkeman baru dikembalikan lagi.
Setelah semua upacara selesai dilakukan, saatnya untuk resepsi pernikahan dan para tamu mulai makan dan minum makanan tradisional Solo dengan disertai tari tradisional Jawa dan musik gamelan. Acara foto-foto dan salam-salaman dengan kedua pengantin juga dilangsungkan.
sumber:
http://srikandhian.blogspot.com

No comments:

Post a Comment